PERDAGANGAN BEBAS ANTARA ANCAMAN DAN KEBEBASAN LABA
Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmanized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari Word Customs Organization yang berpusat di Brussels , Belgium. Penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.
        Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Sejarah perdagangan bebas
          Sejarah dari perdagangan bebas internasional adalah sejarah perdagangan internasional  memfokuskan dalam pengembangan dari pasar terbuka. Diketahui bahwa bermacam kebudayaan yang makmur sepanjang sejarah yang bertransaksi dalam perdagangan. Berdasarkan hal ini, secara teoritis rasionalisasi sebagai kebijakan dari perdagangan bebas akan menjadi menguntungkan ke negara berkembang sepanjang waktu. Teori ini berkembang dalam rasa moderennya dari kebudayaan komersil di Inggris, dan lebih luas lagi Eropa, sepanjang lima abad yang lalu. Sebelum kemunculan perdagangan bebas, dan keberlanjutan hal tersebut hari ini, kebijakan dari merkantilisme telah berkembang di Eropa di tahun 1500. Ekonom awal yang menolak merkantilisme adalah David Ricardo dan Adam Smitch
         Ekonom yang menganjurkan perdagangan bebas percaya kalau itu merupakan alasan kenapa beberapa kebudayaan secara ekonomis makmur. Adam Smith, contohnya, menunjukkan kepada peningkatan perdagangan sebagai alasan berkembangnya kultur tidak hanya di Mediterania seperti Mesir, Yunani, dan Roma, tapi juga Bengal dan Tiongkok. Kemakmuran besar dari Belanda setelah menjatuhkan kekaisaran Spanyol, dan mendeklarasikan perdagangan bebas dan kebebasan berpikir, membuat pertentangan merkantilis/perdagangan bebas menjadi pertanyaan paling penting dalam ekonomi untuk beberapa abad. Kebijakan perdagangan bebas telah berjibaku dengan merkantilisme, proteksionisme, isolasionisme, komunisme  dan kebijakan lainnya sepanjang abad.
            Memang mengherankan kalau kita sekarang kembali ramai memperbincangkan soal perdagangan bebas. Terutama dikaitkan dengan pelaksanaan perdagangan bebas ASEAN-China atau ASEAN-China Free Trade Agreement (FTA) yang dimulai tanggal 1 Januari 2010.  Pak Harto pun sudah dikatakan suka tidak suka harus menghadapinya.
Kalau sekarang kita rebut dan cemas itu karena kurun waktu tahun lebih 10 tak ada kebijakan dan langkah aksi yang nyata untuk mengantisipasi perdagangan bebas tersebut. Jadilah pasar kita di banjiri oleh produk asing terutama China, selama produk kita sendiri kurang laku dijual di luar negeri ditambah lagi kalah bersaing di pasar domestic , akhirnya yang namanya perdagangan bebas itu sesuatu yang menakutkan karena kita hanya akan menjadi konsumen sehingga NERACA PEMBAYARANPUN SELALU DEFISIT .
            Inilah yang perlu disikapi serius , saying sekali pemerintah sejak dulu kurang memperhatikan dan itu terbukti kurang adanya kebijakan yang secara khusus diarahkan pada upaya memenangkan era perdagangan bebas tersebut . Misalnya standarisasi barang industry , pemberian insentif perpajakan dan membenahi berbagai hambatan di dunia bisnis mulai dari mahalnya birokrasi sampai tingginya sukubunga bank .
Seharusnya perdagangan bebas merupakan peluang namun bagi Indonesia tampaknya lebih sebagai ancaman . Hal itu diakibatkan oleh ketidaksiapan kita sendiri untuk mengantisipasi walaupun kesadaran sudah lama ada namun belum pernah ada langkah nyata terprogram dan sistematis semua di biarkan mengalir apa adanya seakan-akan dunia tidak berubah dan pasar dalam negeri masih terproteksi .

0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 20 April 2012


PERDAGANGAN BEBAS ANTARA ANCAMAN DAN KEBEBASAN LABA
Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmanized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari Word Customs Organization yang berpusat di Brussels , Belgium. Penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.
        Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Sejarah perdagangan bebas
          Sejarah dari perdagangan bebas internasional adalah sejarah perdagangan internasional  memfokuskan dalam pengembangan dari pasar terbuka. Diketahui bahwa bermacam kebudayaan yang makmur sepanjang sejarah yang bertransaksi dalam perdagangan. Berdasarkan hal ini, secara teoritis rasionalisasi sebagai kebijakan dari perdagangan bebas akan menjadi menguntungkan ke negara berkembang sepanjang waktu. Teori ini berkembang dalam rasa moderennya dari kebudayaan komersil di Inggris, dan lebih luas lagi Eropa, sepanjang lima abad yang lalu. Sebelum kemunculan perdagangan bebas, dan keberlanjutan hal tersebut hari ini, kebijakan dari merkantilisme telah berkembang di Eropa di tahun 1500. Ekonom awal yang menolak merkantilisme adalah David Ricardo dan Adam Smitch
         Ekonom yang menganjurkan perdagangan bebas percaya kalau itu merupakan alasan kenapa beberapa kebudayaan secara ekonomis makmur. Adam Smith, contohnya, menunjukkan kepada peningkatan perdagangan sebagai alasan berkembangnya kultur tidak hanya di Mediterania seperti Mesir, Yunani, dan Roma, tapi juga Bengal dan Tiongkok. Kemakmuran besar dari Belanda setelah menjatuhkan kekaisaran Spanyol, dan mendeklarasikan perdagangan bebas dan kebebasan berpikir, membuat pertentangan merkantilis/perdagangan bebas menjadi pertanyaan paling penting dalam ekonomi untuk beberapa abad. Kebijakan perdagangan bebas telah berjibaku dengan merkantilisme, proteksionisme, isolasionisme, komunisme  dan kebijakan lainnya sepanjang abad.
            Memang mengherankan kalau kita sekarang kembali ramai memperbincangkan soal perdagangan bebas. Terutama dikaitkan dengan pelaksanaan perdagangan bebas ASEAN-China atau ASEAN-China Free Trade Agreement (FTA) yang dimulai tanggal 1 Januari 2010.  Pak Harto pun sudah dikatakan suka tidak suka harus menghadapinya.
Kalau sekarang kita rebut dan cemas itu karena kurun waktu tahun lebih 10 tak ada kebijakan dan langkah aksi yang nyata untuk mengantisipasi perdagangan bebas tersebut. Jadilah pasar kita di banjiri oleh produk asing terutama China, selama produk kita sendiri kurang laku dijual di luar negeri ditambah lagi kalah bersaing di pasar domestic , akhirnya yang namanya perdagangan bebas itu sesuatu yang menakutkan karena kita hanya akan menjadi konsumen sehingga NERACA PEMBAYARANPUN SELALU DEFISIT .
            Inilah yang perlu disikapi serius , saying sekali pemerintah sejak dulu kurang memperhatikan dan itu terbukti kurang adanya kebijakan yang secara khusus diarahkan pada upaya memenangkan era perdagangan bebas tersebut . Misalnya standarisasi barang industry , pemberian insentif perpajakan dan membenahi berbagai hambatan di dunia bisnis mulai dari mahalnya birokrasi sampai tingginya sukubunga bank .
Seharusnya perdagangan bebas merupakan peluang namun bagi Indonesia tampaknya lebih sebagai ancaman . Hal itu diakibatkan oleh ketidaksiapan kita sendiri untuk mengantisipasi walaupun kesadaran sudah lama ada namun belum pernah ada langkah nyata terprogram dan sistematis semua di biarkan mengalir apa adanya seakan-akan dunia tidak berubah dan pasar dalam negeri masih terproteksi .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar